GINJAL UNTUK IBU

Jumat, 16 Agustus 2013

Entah apa ini benar atau salah. aku membenci ibuku yang telah membesarkanku. mungkin ini terdengar salah. tapi tolong jangan langsung menghakimi aku karena ini semua.
Aku dilahirkan bukan dari keluarga kaya atau miskin. sederhana tepatnya. aku tidak mau mengatakan aku miskin karena aku masih bisa makan dan minum setiap hari tanpa kekurangan.aku bersekolah seperti yang lainnya. namun ada yang hilang. kasih sayang.
aku dibesarkan oleh nenekku yang telah di tinggal pergi kakekku. untuk membantu membiayai sekolahku aku membersihkan rumah pamanku dengan upah uang jajan esok harinya. tidak banyak, hanya cukup. ibuku bekerja di luar kota dengan ayahku, dan uang darinya jarang sekali datang. kalaupun datang tak cukup untuk memenuhi biaya hidup kami sehari-hari. walaupun aku hanya tinggal berdua dengan nenekku.
aku sudah sadar kondisi ini dari kecil. ketika menginjak SMP aku memutuskan bekerja menjaga toko tetanggaku. gajinya tidak besar, namun cukup untuk membayar biaya sekolahku dan transport menuju sekolah.
selepas SMP aku di ajak ibuku ke kota untuk meneruskan SMA disana. ibuku menyarankan untuk masuk sebuah SMA swasta yang memiliki pondok pesantren. aku hanya bisa menurut, karena aku bena- benar tidak tahu apa-apa tentang kota itu.
disini, semua di mulai. aku menjadi lebih mengerti agama. nilai ku juga meningkat, dan pengetahuanku semakin luas. namun semua tidak semudah itu. aku mulai mengenal konflik keluarga. tentang kebiasaan buruk ayahku yang ringan tangan dengan ibuku. hingga yang membuatku sangat kecewa pada ayahku, dia pernah mengusir ibuku pergi dari rumah karena kakakku bekerja di luar pulau.
mulai hari itu aku sadar jika aku tetap begini pasti tidak akan terjadi perubahan yang baik pada keluargaku. aku belajar agama lebih dalam pada seorang teman. dan sifatku sedikit berubah. aku yang dulu selalu menurut dengan keinginan orang tua mulai sedikit membangkang. aku mulai berfikir jika aku salah dipilihanku, itu tidak akan menyebabkan aku menyalahkan orang tuaku.
entah... kini aku semakin tumbuh dewasa. kakakku tetap sibuk dengan pekerjaan dan teman-temannya. ayahku tetap dengan minuman keras dan hutangnya semakin bertumpuk. sementara ibu masih gemar mengeluh ini itu. ku akui ibuku memang mengerti agama, namun entah kenapa saat ada masalah sedikit pelik beliau tetap senang mengeluh daripada berusaha.ketika ku nasihati dia slalu saja dia mengatakan bahwa tujuan aku di sekolahkan adalah untuk pintar, bukan untuk mengguruinya.
setahun setelah aku lulus SMA aku memutuskan untuk kuliah di sebuah Universitas Negeri di kota Malang. awalnya ibu dan ayah tidak mengizinkanku. tapi setelah aku membayar sebagian dari hutang mereka sepertinya mereka sedikit melunak. ya, setelah lulus SMA aku bekerja dengan gaji yang lumayan besar dan sebagian mampu ku tabung.
semester satu telah ku lalui dengan mudah di kota baru ini. disini aku tidak punya saudara, hanya para teman kuliahku. kami-pun jarang keluyuran ke mal-mal. sebab aku lebih sibuk bekerja selepas kuliah. namun setelah semester dua, ada cobaan. besar. ya besar. aku di pecat dari perushaan tempatku bekerja karena cabang yang berada di kota Malang ini tidak ramai seperti cabang di kota-kota lainnya. 
aku sempat down dan menjadi pemurung. namun aku tidak menyerah aku tetap aktif mengikuti lomba-lomba menulis cerpen di internet. walaupun hanya pernah menang sekali dengan mendapat hadiah Rp 2.000.000,- bagiku itu sangat melegakan. karena aku sudah satu bulan menganggur. namun untuk mengambilnya aku harus ke Surabaya. langsung. sendiri. tidak boleh diwakilkan.
menurutku ini sebuah keajaiban. malamnya setelah pengumuman itu dipublikasikan di situs resminya, temanku semasa SMA di Surabaya menelpon. setelah berbicara panjang lebar akhirnya kami sepakat besok pagi bertemu di teminal Purabaya.
pertemuan itu berjalan lancar keesokan harinya. setelah mengambil uang hadiah itu aku mentraktirnya sebagai tanda terima kasih. aku pun menceritakan semua masalahku padanya. padahal itu tempat umum entah kenapa aku tidak malu walau air mata telah bercucuran di mataku.
"San, kamu itu sudah banyak berubah ya?" ucapnya.
"Berubah kenapa?"
"Dulu kamu kuat, pantang menyerah, dan tentunya tetap tenang dalam menghadapi masalah serumit apapun."
"Masalahnya, aku sudah sebualan tidak bekerja Mi. Bagaimana jika orangtuaku tahu ini? pasti mereka tidak mengizinkanku kuliah lagi."
"Begini San, masalah itu datang untuk diselesaikan. Pasti ada possitive disisi negative baterai. hehe... sedikit lebay sih tapi memang begitu."
sekali lagi Fahmi mampu membuatku tersenyum. memang dulu aku pernah ada masalah dengannya. namun, setelah masalah itu berlalu, menurutku malah membuat kami semakin dekat.
sepulang dari Surabaya aku mencoba mencari lowongan pekerjaan di internet. namun ada satu yang menggelitikku ada seseorang menawarkan ginjalnya di internet. dan ternyata dia adalah temanku. satu jurusan denganku sendiri. awalnya aku tidak percaya dengan alamat yang tercantum di situs itu, hingga ku cek nomor teleponnya dan benar-benar sama. aku langsung mencari tahu harga ginjal. ku kira harganya hanya 10 atau 20 jt, namun ternyata ratusan juta.
besoknya aku menanyakan pada temanku tentang hal itu. dia benar-benar serius.
"Harga ginjal mahal, bisa buat beli mobil sama shooping San."
Apa???? aku tak habis fikir dia menjual ginjal untuk membeli mobil?? ini benar-benar gila. namun harganya begitu besar. akupun memutuskan untuk menawarkan ginjalku ke beberapa Rumah Sakit Internasional tapi jawaban mereka sama, menunggu pasien.
akupun memutuskan untuk menjual ginjalku secara ilegal. bukan hal mudah menjual ginjal ilegal. aku harus mencari info sana-sini, dan harus benar-benar dipercaya oleh dokter bedah ilegal itu. akhirnya, aku berhasil lolos tes. bukan di sebuah Rumah Sakit, tapi klinik.tidak di dampingi siapapun.termasuk Fahmi. orangtuaku pun tidak tahu. setelah operasi berjalan,seminggu kemudian uang ratusan juta ditransfer ke rekeningku.
aku berhasil membayar hutang ayahku. membenahi rumah nenekku. bahkan aku mampu membeli sebuah sepeda motor baru. tanpa kredit. saat ditanya ibu dari mana uang itu, aku menjawab aku telah di pecat perusahaan tempatku bekerja dan mendapat pesangon serta sebuah sepeda motor.ibu tentu tidak marah. selain aku telah membayar hutangnya, aku telah mendapat pekerjaan baru.
mungkin ini terdengar gila. tapi menurutku hanya ini yang mampu menghapus kebencianku pada ibu. aku mampu membayar hutangnya, dan tidak mendengar keluhnya setiap hari. sementara sisa uangnya ku gunakan untuk membuat usaha butik dengan
temanku. entah ini benar atau salah, aku hanya berharap ini semua akan berakhir bahagia.

CANTIK DENGAN JILBAB

Kamis, 15 Agustus 2013



Seorang muslim wanita memang identik dengan jilbab. jilbab yang dipakai untuk menutup aurat wanita muslim agar terhindar dari fitnah atau pandangan terlarang dari lawan jenis. sudah sebuah kewajiban seorang muslimah mengenakan jilbab.
jilbab sebenarnya tidak membatasi aktivitas kita. kita tetap bisa cantik dengan jilbab. bukan berarti jika kita berjilbab tingkah kita juga tetap sembarangan. jika kita berjilbab tingkah kita seharusnya juga lebih terkontrol, dan menjunjung tinggi nilai sopan santun.
tentu dengan tingkah laku baik, jilbab yang kita kenakan juga terlihat lebih indah. mungkin pada awal mengenakannya kita sedikit risih, dan gerah. namun sebuah awalan memang tidak mudah. apalagi sebuah awalan yang baik. pasti banyak cobaannya. jangan pantang menyerah kita akan lebih terhormat dengan jilbab di kepala kita.
jangan tabu atau malu. semua itu proses kita tetap bisa berteman dan beraktivitas seperti orang normal lainnya. jilbab itu indah jika benar cara mengenakan dan penempatannya.maka, ayo mulai sekarang jangan malu pakai jilbab. jilbab itu indah, bukan pembatas langkah kita.

ANGGAP KAMI MANUSIA

Rabu, 14 Agustus 2013


Ini sebuah jeritan hati kami..
kami bukan budak,
juga bukan hewan
kami manusia sama dengan kalian...
beri kami kebebasan bersuara
bersuara di tempat yang sama dengan kalian.
mungkin kami tak sepandai kalian
tapi kami juga tidak bodoh.
kami tahu jika kami ditipu dengan janji manis kalian.
tolong..
anggap kami manusia.
izinkan kami makan, bersuara, dan beraktifitas wajar.
kami manusia
izinkan kami melakukan hal layaknya manusia
sebelum tingkahmu,
membuat kami lupa
jati diri kami sebenarnya.
kami manusia,
atau sampah.
tolonglah kami.
sebab, sebagian dari kami telah lupa itu.
atau mungkin bukan kami yang lupa
tapi kalian
kalian lupa siapa kalian,
apakah manusia atau sesuatu yang lain.
entahlah...
ini jeritan hati kami untuk kalian,
yang tertawa dengan kemerosotan moral..
dan kemiskinan kami...